Blogroll

Selasa, 29 Mei 2012

Coretan Untuk Muslimah

Bismillahirrahmanirrahim..Alhamdulillah dengan limpah kasih sayang-Nya, dapatku garapkan sebuah coretan yang kuharapkan dapat dijadikan pedoman buat semua bidadari yang  kusayang, buat semua sahabat seperjuangan, Muslimah yang didambakan. Sebelum penaku menari-nari dengan lebih kencang, kumohon sejuta kemaafan andai ada kekhilafan dalam coretan tintaku ini. Sesungguhnya segala yang baik itu adalah daripada Allah S.W.T dan segala yang buruk itu adalah daripada kelemahanku sendiri.
Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku”.
Ukhtiku sayang, hidup ini dipenuhi dengan berbagai cobaan dan dugaan. Namun, ganjaran pasti akan mendatang. Beruntunglah buat mereka yang redha, sabar dan ikhlas menerima dugaan dari Tuhan. Usahlah dikau bermuram durja ukhtiku sayang. Tetaplah tersenyum dan berlaku manis meskipun segala-galanya terasa pahit. Bergembiralah ukhtiku sayang. Allah tidak akan sesekali mengkhianatimu. Tersenyumlah sentiasa, ia tidak menyakitkan malah ia pengubat hati yang sakit. Senyuman yang terukir di bibirmu itu bukan bererti kerana tiada masalah dalam  kehidupan, tetapi menunjukkan hatimu redha dengan setiap ketentuan-Nya. Allah Maha Mengetahui, Maha Mendengar rintihan hatimu. Dalam meniti arus kehidupan ini, masalah yang sentiasa bertandang perlulah ditangani dengan hati yang lapang. Untuk memiliki hati yang lapang dan tenang bukanlah senang bagi mereka yang telah jauh menyimpang dari jalan-Nya. Justeru itu, ukhtiku sayang, kembalilah pada ajaran Tuhan. “Sesungguhnya dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang”. Carilah dan gapailah kembali keredhaan Ilahi yang menjanjikan kedamaian hatimu ukhti. Bacalah al-Quran dan fahamilah maknanya buat mengubat hati yang sakit. Beribadatlah sehingga dirimu terasa lelah dan letih untuk merasa sedih. “Alirkan air mata keduanya kerana takut kepada Allah. Sebab Dia tidak menyiksa dengan api neraka mata yang menangis kerana takut kepada-Nya”. Lantaran itu ukhtiku sayang, alirkanlah air matamu itu untuk sesuatu yang lebih berharga dan mempunyai harga yang tiada tandingannya yakni air mata yang menitis kerana kasih dan takut akan Pencipta-Nya. Allahurabbi..

Ukhtiku sayang,
Betapa sulit tuk bisa tersenyum saat hati menangis dan terhiris, tapi akan terasa indah bila kita menyedari itu sebahagian daripada kasih Ilahi.
Betapa sakit tuk bisa bangkit dalam keadaan terpuruk, tapi akan terasa indah ketika kita menyedari bahawa Allah sedang menyapa dengan cinta-Nya agar tumbuh besar dan kuat.
Betapa sulit tuk bisa memaafkan ketika kita disakiti dan dihina, tetapi akan terasa indah ketika menyedari itulah jalan yang harus ditempuh untuk meraih awal kebahagiaan yang akan diberikan Allah sebagai gantinya.
Betapa sulit tuk bisa menghilangkan duka kerana kehilangan, tapi akan terasa indah ketika menyedari bahawa Allah telah meminjamkan kepada kita beberapa saat untuk merasa bahagia.
Betapa sulit tuk bisa menghadapi penderitaan dan cubaan yang terus mencengkam, tapi akan terasa indah ketika menumbuhkan kesabaran dan rasa syukur dan menyedari itu sebahagian kasih Ilahi.
Benarlah Sabda Rasulullah S.A.W.
“ Sesugguhnya di dalam tubuh (manusia) ada seketul daging, jika baik daging itu maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika rosak daging itu maka rosaklah seluuh tubuhnya dan ketahuilah bahawa dialah HATI.”  ( Riwayat Bukhari dan Muslim )
Hati itu kadangkala perlu diketuk dengan dugaan supaya kita tidak hanya suka pada keselesaan, bahkan juga selesa dengan kesakitan. Begitulah pentingnya menjaga dan mendidik hati. Hati yang sihat ialah hati yang sentiasa mengingati pemilik-Nya, Ya Allah Ya Rahim. Berbahagialah hati ini bila hidup tanpa membenci. Berbahagialah juga saat kita tidak berbahagia. Kerana apabila ketidakbahagiaan muncul, bahagia tidak pernah meninggalkan kita. Tinggal kita sahaja untuk mengubah cara pandang dan fikiran kita. Bahagia akan menjadi milik kita. Seperti kata Prof. Dr.Muhaya, “Fikiran membentuk emosi, emosi membentuk sikap, sikap membentuk tindakan kita.” Justeru, bersihkanlah fikiran kita dari segala noda agar hati kita terdidik. Bersangka baiklah dengan Allah. Kerana Allah tidak akan sekali-kali menyakitimu, membebanimu dengan sesuatu yang tertanggung oleh keupayaanmu. Berdoalah pada-Nya agar diberi kekuatan dan ketabahan dalam  menikmati teguran dan kasih dari Ilahi. Sesungguhnya semua itu pasti ada ganjarannya.
Bagaimana kita dapat mengubah cara fikir dan cara pandang kita? Ini yang perlu diberi perhatian dari kita semua. Pada waktu timbul sesuatu  yang tidak menyenangkan, kekesalan dan gangguan emosi datang pada kita, sesungguhnya gejolak dan permainan perasaan begitu hebat. Menggoncang kesedaran kita, menggoncang harga diri dan ego kita. Dalam sekelip mata sahaja, kita boleh hilang mood, menjadi garang, dan terasa perubahan raut wajah, hilangnya senyum dari wajah yang tadinya manis, denyut nadi yang tak teratur, membuat hari kita terasa sangat resah dan kacau bilau. Membuat kita secara tidak sedar bahawa perkara  ini TIDAK BAIK, TIDAK BERMANFAAT, MERUGIKAN diri sendiri dan orang lain. Memang susah untuk mengendalikannya, tetapi yakinlah ada satu sisi baik  manusia, yang bila “suara”nya didengari, ia akan dapat menakluk  suasana kacau di dalam hati. Suara dari sisi baik  akan berkata : “Sudahlah… lupakan semua, jangan lagi berperang dengan ketidakpastian dan ketidakjelasan sifat orang lain! Perhatikan diri  sendiri dahulu, kita seharusnya memperbaiki diri sendiri dan menunjukan perubahan ini kepada orang lain sebelum kita menginginkan orang lain berubah untuk kita”
Mengapa suara itu tidak didengar oleh kita? Kerana kita terlalu banyak mendengar suara sisi jahat yang memang  suaranya jauh lebih besar daripada suara sisi baik. Sebaliknya, suara sisi baik memerlukan kesedaran kita untuk mendengarnya, kerana suara itu begitu halus, lembut dan nyaris tidak didengar. Hanya hati yang sedang tenang dapat  mendengarnya. Siramlah kepala yang sedang panas dengan air sejuk, duduk dan renunglah kembali. Mula untuk menjadi pendengar yang baik, maka kita akan lihat  ada pertarungan Si JAHAT dan Si BAIK.  Tajamkan pendengaran kita dan amatilah suara Si Baik. Maka keindahan itu ada di sana. Jawapan dari persoalan hidup ada disana. Kebijaksanaan juga ada disana. Berbahagialah disaat ketidakbahagiaan itu datang, kerana kita akan semakin dewasa, kita dapat semakin bijaksana, belajar mengatasi masalah yang datang dalam diri sendiri, belajar mengatasi semuanya sendiri, dan mengembangkan potensi “pencerahan” di dalam hati..InsyaAllah~
Pesanan terakhirku buat ukhtiku sayang,
“Kamu terlalu cantik dengan hiasan taqwa, tersangat cantik dengan memiliki jiwa yang ikhlas dan redha. Itulah kecantikan yang akan kekal selamanya”
Sekian, wassalam.

Jumat, 27 April 2012

Pintu Ar-Rayyan Khusus Bagi yang Berpuasa


Pintu Ar-Rayyan Khusus Bagi yang Berpuasa


 PINTU AR-RAYYAN TERKHUSUS BAGI ORANG-ORANG YANG BERPUASA
Oleh: Al-Ustadz Abu Hafsh Marwan

Sajian ini adalah kelanjutan dari materi  lalu dengan judul : “MASUKLAH KE SURGA DARI PINTU MANA SAJA YANG ENGKAU KEHENDAKI”.

Jika seorang wanita berpuasa ramadhan.

Adalah perkara yang kedua dari empat perkara yang seyogyanya dijaga oleh setiap muslimah sebagaimana disebutkan dalam hadits Abdurrahman bin ‘Auf –radhiallahu’anhu- ia berkata : Bahwa Rasulullah shallalahu’alaihi Wa sallam bersabda : Jika seorang wanita menjaga sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya maka dikatakan kepada wanita tersebut : “Masuklah ke surga dari pintu mana saja  sesuai yang engkau kehendaki”.

Dari sejumlah perkara yang wajib atas para wanita adalah puasa di bulan Ramadhan. Berkaitan dengan kewajiban tersebut, seorang yang menunaikan kewajiban puasa ramadhan sungguh akan meraih pahala dan keutamaan yang besar. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari sahabat Abu Hurairah – radhiallahu’anhu- ia berkata : bahwa nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“ Barangsiapa berpuasa ramadhan dengan iman dan berharap pahala dari sisi Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu”

Ibadah puasa adalah termasuk ibadah utama, seseorang menahan makan dan minum serta menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa dan yang merusakkan pahalanya. Semua itu dilakukan dengan niat dalam rangka mencari wajah Allah Ta’aala semata.

aSy-Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam –rahimahullah- bertutur : Puasa adalah termasuk ibadah yang utama, karena pada amalan puasa itu terkumpul tiga jenis kesabaran :
  1. Kesabaran di atas ketaatan kepada Allah Ta’aala.
  2. Kesabaran (dengan menahan diri) dari berbuat kemaksiatan kepada Allah Ta’aala.
  3. Kesabaran terhadap ketentuan taqdir Allah Ta’aala.

Puasa adalah perisai, puasa ramadhan adalah kafarah (penghapus) atas dosa-dosa kecil selama setahun selama seseorang yang menunaikannya menjauhi dosa-dosa besar, dan dengan puasa akan dilipatgandakan pahalanya. Dan terkhusus bagi seorang yang menunaikan puasa akan masuk surga dari pintu khusus yang dinamakan oleh Allah yaituAr-Rayyan .
Dari Sahl bin Sa’ad –radhiallahu’anhu- ia berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di jannah ada satu pintu yang dinamakan Ar-Rayyan, akan masuk dari pintu tersebut nanti pada hari kiamat orang-orang yang dulunya berpuasa,dan tidaklah masuk dari pintu tersebut selain mereka. Dikatakan : “Mana orang-orang yang dulunya berpuasa? Sehingga mereka masuk dari pintu tersebut, dan jika mereka telah masuk semua, maka ditutuplah pintu tersebut dan tidak ada seorangpun yang masuk selain mereka”.

Jika seorang muslimah telah menunaikan puasa ramadhan dan menegakkan ahkam (hukum-hukum) yang berkaitan dengan puasa ramadhan, maka hendaklah ia tidak melalaikan dari mengerjakan puasa nafilah, sampai ia mendapatkan kecintaan Allah Ta’aala. Seperti puasa 6 hari di bulan sawal, puasa ‘asyuraa (tanggal 9 dan 10 muharram ), puasa hari senin dan kamis, puasa 3 hari setiap bulan  dan memperbanyak puasa di bulan sya’ban dan puasa sunnah yang selainnya yang dituntunkan oleh syari’ah.

Wallahu Ta’aala a’lam.

Dua perkara kelanjutannya  akan kami sampaikan di kesempatan lain.. Insya Allahu Ta’ala.

Pesona Muthi'ah: Sosok Teladan Muslimah Sejati Versi Rasulullah SAW


Pesona Muthi'ah: Sosok Teladan Muslimah Sejati Versi Rasulullah SAW

Authors: VOA

Sesampainya di depan pintu rumah yang dimaksud, Fathimah pun mengucap salam. Tak lama kemudian si pemilik rumah datang membuka pintu.  Hatinya sangat heran bercampur senang karena tak menyangka yang bertandang adalah putri Rasulullah SAW. Namun, sungguh di luar dugaan Fathimah, setelah mengutarakan maksud kedatangannya, Muthi’ah malah berkata, “Sungguh bahagia aku menyambut kedatanganmu Fathimah. Namun, maafkanlah aku karena aku hanya dapat menerima kedatanganmu di rumahku. Sesungguhnya suamiku mengamanatkan padaku untuk tidak menerima tamu lelaki di rumahku.”
Fathimah tersenyum, “Wahai Muthi’ah, ini Hasan anakku dan dia masih kecil.” Muthi’ah menjawab, “Sekali lagi maafkan aku Fathimah, meskipun ia masih kecil tetapi ia lelaki. Sungguh aku tidak dapat melanggar amanat suamiku.”
Mendengar jawaban Muthi’ah, Fathimah mulai merasakan kemuliaan akhlak Muthi’ah dan semakin ingin mengetahui lebih jauh keutamaan akhlak wanita tersebut. Akhirnya Fathimah pun pamit untuk sejenak mengantar Hasan pulang.
…Rasulullah SAW telah mengabarkan keteladanan akhlaq Muthi’ah...
Tak lama kemudian, Fathimah kembali tiba di rumah Muthi’ah seorang diri dan segera disambut dengan gembira oleh Muthi’ah. Setibanya di dalam, Muthi’ah dengan berbinar-binar menanyakan, apa penyebab kedatangannya. Fathimah pun menjelaskan bahwa ia datang karena perintah ayahnya, Rasulullah SAW untuk meneladani akhlaq Muthi’ah. Hati Muthi’ah pun segera ditutupi luapan kebahagiaan karena pujian dari Rasulullah SAW tentu tak ada bandingannya. Namun, ia kembali bertanya dengan keheranan pada Fathimah, “Apakah engkau tengah bercanda Fathimah? Keutamaan akhlak seperti apa yang kumiliki? Aku hanyalah perempuan yang biasa saja,” Muthi’ah kemudian tampak berpikir keras.
Sementara itu, tak sengaja pandangan Fathimah menyapu ruangan yang sederhana tersebut. Terlihat olehnya sebilah rotan, sebuah kipas, dan sehelai handuk. Ia pun segera bertanya pada Muthi’ah, “Untuk apa benda-benda itu?” Wajah Muthi’ah pun seketika merona merah. “Untuk apa kau tanyakan itu Fathimah, aku jadi malu.” Namun, Fathimah mendesak, “Katakanlah padaku Muthi’ah, mungkin benda-benda itulah yang membuat ayahku mengabarkan padaku tentang kemuliaanmu.”
Muthi’ah pun bercerita, “Suamiku setiap harinya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami. Karena itu, aku sangat menyayangi dan menghormatinya. Begitu ia pulang dari bekerja, maka aku akan cepat-cepat menyambutnya dan mengelap keringatnya dengan handuk ini. Setelah kering keringatnya, maka ia akan berbaring di tempat tidur. Ketika itulah, aku mengambil kipas ini dan kukipasi tubuhnya sampai hilang penatnya atau ia tertidur pulas.”
…Inilah pesona yang hanya mampu dipahami oleh seorang muslimah sejati yang mengukur segala tindakan dengan skala iman...
Fathimah masih penasaran, “Lalu, untuk apa rotan ini?” Muthi’ah melanjutkan, “Setelah ia hilang lelahnya atau terbagun dari tidurnya, maka aku akan segera berpakaian serapi dan semenarik mungkin. Karena aku tahu, seorang suami pasti sangat senang melihat istrinya yang berpakaian rapi dan hal itu akan membuatnya betah di rumah. Kuhidangkan makanan di atas meja makan dan kutunggu ia hingga selesai makan. Setelah dia selesai makan, maka aku akan bertanya, apakah ada pelayananku yang tak berkenan dihatinya. Maka aku akan menyerahkan rotan tersebut padanya untuk memukulku.”
“Lalu, apakah suamimu sering memukulmu?” tanya Fathimah. “Tidak, tidak pernah, yang selalu terjadi adalah dia menarik tubuhku dan memelukku penuh kasih sayang.” Mendengar semua penjelasan tersebut, Fathimah terperangah. Sungguh, tak berlebihan kiranya, jika Rasulullah menyuruhnya mendatangi rumah Muthi’ah. Pesona akhlaqnya sungguh luar biasa.
…Perempuan beriman dan berakhlak mulia akan mendapatkan seorang suami yang beriman dan penuh cinta...
Pesona yang tak mungkin dimiliki seorang perempuan yang  berorientasi materialistik yang memandang segala sesuatu hanya pada kebendaan dan kasat mata saja. Sebab, cinta dan ketulusan Muthi’ah tentu tak terukur pada sebilah rotan yang digunakan untuk memukul saja. Kasih sayangnya tentu tak akan membuatnya rendah karena setia mengelap keringat di tubuh suaminya.
Inilah pesona yang hanya mampu dipahami oleh seorang muslimah sejati yang mengukur segala tindakan dengan skala iman. Yang mampu melihat dengan mata hati bahwa ketaatan akan menghadiahkan kebahagiaan. Bahwa ketundukan pada perintah Allah dan Rasul-Nya, bukan hanya menuntun pada kebenaran. Namun, juga pada pembuktian bahwa setiap perempuan yang beriman dan berakhlak mulia juga akan mendapatkan seorang suami yang beriman dan penuh cinta. [‘Aliya/voa-islam.com]

Humor

TOPIC: beli telor 


pagi-pagi di sebuah pasar tradisional di daerah depok.. uda andaleh pengen beli telor buat persediaan di rumah..

uda : mba, telor nya berapa sekilo?

Penjual (ayyash) : telor ayam ape telor bebek?

uda : telor ayam

Ayyash : telor ayam negri apa ayam kampung?

uda andaleh : ayam negri ajeh..

Ayyash : yang negri lokal ato import neh?

uda andaleh : yang lokal aja

Ayyash : yang lokalnya mau yang dari Jakarta, Bogor atau Depok?

uda andaleh : yang jakarta aja deh.. (kelihatan mulai kesel)

Ayyash : mau yang Jakarta Pusat, Barat, Timur, Utara, atau Selatan?

uda andaleh : mbak ini jual telor atau mau jalan-jalan? (mukenye merah padam)

Ayyash : maaps bang, sayah pengjual kue kering di sebelah.. kebetulan nyang jual telor lagi ke belakang.. nah sayah disuruh ngobrol dulu sama pembeli sampe dia dateng

Karena Sempit, Bolehkah Seorang Makmum Berdiri Sejajar Dengan Imam?

Karena Sempit, Bolehkah Seorang Makmum Berdiri Sejajar Dengan Imam?

Karena Sempit, Bolehkah Seorang Makmum Berdiri Sejajar Dengan Imam?
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang dari-Nya semua nikmat berasal. Shalawat dan salam semoga terlimpah dan tercurah kepada baginda Rasulillah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Pernah saya dan kawan-kawan berada di kantor seorang teman bersama Ustadz Farid Okbah, guru kami sewaktu belajar di Pesantern Tinggi Al-Islam, Bekasi. Saat sudah masuk waktu shalat Zuhur, kami bergegas menuju Mushalla. Karena banyaknya jumlah kami sehingga mushalla tidak muat. Tidak semuanya berada di belakang imam. Masih ada dua orang yang tidak mendapat tempat. Lalu beliau hafidzahullah meminta kepada keduanya untuk berada di sebelah kanan dan kirinya, sejajar dengan beliau.
Boleh jadi keadaan yang kami alami juga pernah atau akan dialami oleh salah seorang pembaca. Pertanyannya, apakah dibolehkan penataan shaff semacam itu, yakni salah satu atau dua orang makmum sejajar dengan imam sementara yang lainnya berada di belakang imam?
Saat kondisi tempat shalat sempit dan tidak mencukupi untuk menampung semua Jamaah untuk shalat secara bersama, maka dibolehkan bagi sebagian makmum untuk shalat di sebelah imam, sejajar dengannya, dengan posisi di sebelah kanan imam. Tidak mengapa imam bergeser di sebelah kiri makmum, tidak pas di tengah jamaah karena sempitnya tempat.
Makmum yang berdiri sejajar dengan imam tersebut tidak boleh berada di sebelah kirinya, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menggeser (menarik atau memindahkan)  Ibnu Abbas saat ia berada di sebelah kiri beliau. Lalu memindahkan ke sebelah kanannya, kecuali kalau tempat tersebut benar-benar sangar sempit.
Dalam Fatawa Lajnah Daimah untuk pembahasan ilmiah dan fatwa disebutkan: "Apabila makmum hanya seorang, maka ia berdiri di sebelah kanan Imam. Hal ini berdasarkan riwayat yang terdapat dalam Shahihain, dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata: "Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah. Lalu RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam bangun shalat malam. Akupun ikut shalat. Aku berdiri di sebelah kiri beliau. Beliau menarik tanganku dan memindahkanku di sebelah kanannya" (Hadits yang disepakati keshahihannya).
Dan ini apabila sebelah kanan imam kosong sebagaimana hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma. Adapun jika di sebelah kanan imam telah berdiri orang, maka tidak mengapa orang kedua menempati sebelah kiri imam. Shalat jamaah semacam itu tetap sah. Tetapi petunjuk sunnah, para makmum agar berdiri di belakang imam jika masih memungkinkan. Karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan Jabir dan Jabbar saat keduanya berdiri di sebelah kanan dan kiri beliau agar shalat di belakang beliau. (HR. Muslim dalam shahihnya). Selanjutnya, apabila tempat shalat benar-benar sangar sempit sehingga tidak memungkinkan untuk mengerjakan shalat berjamaah sekaligus, maka shalat boleh diadakan secara bergantian menjadi beberapa jamaah." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com